Koranmerahputihnews.com
Selasa, 16 Desember 2025 | 17.39 WIB
Gayo Lues – Malam-malam panjang tanpa cahaya masih menyelimuti Desa Remukut, Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues. Sejak banjir bandang dahsyat menerjang kawasan itu, desa kecil di lereng pegunungan Gayo Lues tenggelam dalam gelap, sunyi, dan ketakutan. Listrik padam berhari-hari, rumah-rumah porak-poranda, dan tangis anak-anak kerap memecah keheningan malam.
Di tengah keterpurukan itulah, secercah harapan akhirnya datang.
Komunitas Putra Putri Tribrata Gayo Lues (PPTGL)—anak-anak daerah yang mengabdikan diri sebagai anggota Polri—hadir membawa satu unit genset darurat untuk warga Desa Remukut. Kedatangan mereka bukan sekadar membawa mesin pembangkit listrik, melainkan menghadirkan cahaya, harapan, dan keyakinan bahwa warga tidak sendirian menghadapi bencana.
Banjir bandang yang melanda sejak akhir November 2025 telah melumpuhkan sebagian besar wilayah Kabupaten Gayo Lues. Bencana tersebut menelan lima korban jiwa, menghancurkan lebih dari 4.000 rumah, serta menimbulkan kerugian material yang ditaksir mencapai Rp1 triliun. Tak kurang dari 40 desa di empat kecamatan terisolasi akibat jalan amblas dan jembatan putus, termasuk Desa Remukut yang sempat terkurung total dan hanya dapat dijangkau melalui helikopter atau jalur ekstrem Babah Rot.
Tanpa aliran listrik, kehidupan warga nyaris terhenti. Makanan sulit disimpan, komunikasi terputus, dan anak-anak terpaksa belajar dalam gelap—bahkan banyak yang tidak bisa belajar sama sekali.
“Berhari-hari kami hanya menggunakan lilin. Anak-anak menangis setiap malam karena takut gelap. Genset ini seperti malaikat penolong bagi kami,” ujar seorang ibu rumah tangga sambil menyeka air mata saat genset dinyalakan untuk pertama kalinya.
Ketua Komunitas PPTGL, Aiptu Hajiman Ali P.A., S.H., turun langsung menyerahkan bantuan tersebut. Dengan suara bergetar menahan haru, ia menyampaikan bahwa kehadiran mereka merupakan panggilan hati sebagai anak daerah.
“Kami ini anak-anak Tribrata, tetapi kami juga anak Gayo Lues. Saat saudara kami tertimpa musibah, kami tidak bisa tinggal diam. Genset ini mungkin sederhana, namun kami berharap dapat menjadi harapan—agar warga bisa memasak, menghubungi keluarga, dan anak-anak kembali tersenyum belajar di malam hari,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa langkah kemanusiaan ini sejalan dengan upaya Polres Gayo Lues yang terus mendampingi serta mengawal distribusi bantuan ke desa-desa terpencil seperti Remukut, Seneren, dan Tetinggi, meski harus menghadapi keterbatasan akses dan beratnya medan.
Penyerahan genset disambut pelukan, doa, dan isak tangis warga. Seorang tetua desa dengan suara parau berkata lirih, “Terima kasih, Nak. Kalian membuktikan bahwa polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi juga keluarga kami di saat paling sulit.”
Di tengah krisis yang melanda—listrik padam, BBM terbatas, dan akses terputus—aksi kecil namun tulus dari Putra Putri Tribrata Gayo Lues menjadi penguat hati. Dari genset yang menyala di sudut desa, cahaya itu menjalar menjadi harapan: bahwa Negeri Seribu Bukit akan bangkit kembali melalui gotong royong dan kemanusiaan.
Di antara reruntuhan dan luka yang mendalam, secercah cahaya itu akhirnya kembali menyala, menerangi kegelapan dan menumbuhkan asa.
Liputan: ($8)