GOWA – Pembinaan sepak bola usia dini di Kabupaten Gowa menghadapi tantangan besar akibat minimnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Gowa, khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) serta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Gowa. Salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di daerah ini, yakni SSB Syekh Yusuf, bahkan tidak difasilitasi lapangan untuk latihan.
Ironisnya, anak-anak yang tergabung dalam SSB Syekh Yusuf harus berlatih di lapangan Pallangga, jauh dari tempat mereka seharusnya mendapatkan pembinaan yang layak.
Lapangan Syekh Yusuf, yang seharusnya menjadi pusat pengembangan sepak bola daerah, justru tidak bisa digunakan tanpa membayar biaya sewa. Kondisi ini memicu kekecewaan banyak pihak, terutama di kalangan pemerhati olahraga.
Wakil Ketua Umum DPP LSM Gempa Indonesia, Ari Paletteri, dengan tegas mengkritik kebijakan ini. Ia mempertanyakan fungsi KONI dan Dispora Gowa yang dinilai tidak berpihak pada pengembangan sepak bola daerah. Menurutnya, anggaran pemeliharaan lapangan Syekh Yusuf ada, tetapi anehnya, fasilitas tersebut justru tidak bisa digunakan oleh anak-anak yang ingin berlatih sepak bola secara gratis.
“Untuk apa ada lapangan jika tidak bisa dipakai? Anggaran pemeliharaan ada, tapi malah disewakan. Jika lapangan ini tidak bisa dimanfaatkan untuk pembinaan atlet lokal, lalu untuk siapa fasilitas ini sebenarnya?” tegas Ari Paletteri.
Ari prihatin dengan adanya aturan larangan bermain sepak bola di Lapangan Syekh Yusuf kecuali bayar, aturan ini harus dikaji ulang.
Ia juga menyoroti lemahnya peran Pemkab Gowa dalam membangun ekosistem olahraga yang baik bagi generasi muda. Padahal, sepak bola adalah olahraga rakyat yang seharusnya mendapat perhatian lebih, terutama dalam pembinaan usia dini.
Kritik ini mencerminkan kekecewaan besar terhadap pemerintah daerah yang dinilai abai terhadap pengembangan olahraga, khususnya sepak bola. Jika kondisi ini terus berlanjut, jangan harap Gowa bisa melahirkan atlet sepak bola berprestasi. Harapan masyarakat kini tertuju pada adanya perubahan kebijakan agar sepak bola di Gowa bisa berkembang, bukan justru terhambat oleh regulasi dan birokrasi yang tidak berpihak kepada pembinaan atlet muda.